Budi Pekerti
Perkembangan kebudayaan dan teknologi yang semakin pesat, berakibat semakin mudahnya masyarakat untuk memperoleh informasi melalui berbagai sumber dengan berbagai sarana/metode. Saat ini informasi bisa dengan mudah didapatkan melalui media-media baik online maupun cetak. Banyak pengaruh positif terhadap perubahan era modernisasi ini, namun tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan tersebut juga dapat menimbulkan sisi negatif.
Salah satunya adalah semakin meningkatnya akulturasi budaya Barat dengan Timur yang pada suatu keadaan tertentu dinilai kurang sesuai.
Perubahan-perubahan
ini tidak bisa dipungkiri menjadi pemicu semakin menipisnya sikap-sikap
luhur yang telah dimiliki masyarakat sejak dulu, salah satunya adalah budi pekerti. Sikap budi pekerti ini sangat penting karena dapat memberikan keseimbangan dan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat, karena budi pekerti berperan penting sebagai identitas dan budaya sebuah bangsa.
Pengertian budi pekerti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1989 adalah sebuah tingkah laku, perangai, serta akhlak dan watak.
Budi pekerti
secara epistimologi terdiri atas dua kata yaitu budi dan pekerti. Budi
dalam Bahasa Sansekerta berarti kesadaran, pengertian, pikiran, dan
kecerdasan. Sedangkan pekerti adalah penampilan, perilaku, dan
aktualisasi. Sehingga budi pekerti dapat dimaknai sebagai sebuah kesadaran seseorang dalam bertindak dan berperilaku.
Budi pekerti merupakan sebuah sikap positif yang termasuk didalamnya adalah tindakan sopan santun. Budi pekerti merupakan sebuah sikap dan tindakan yang diperoleh berdasarkan kebiasaaan yang dilakukan sedari kecil. Budi pekerti
adalah sebuah sikap yang akan terbentuk dalam benak setiap orang serta
dengan sendirinya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Budi pekerti dapat diasosiasikan dengan moral, etika, akhlak mulia, tata krama, dan sopan santun.
Pengertian moral adalah
sebuah tata laku atau perbuatan yang berasal dari kesadaran individu
atau diri sendiri dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan
masyarakat. Moral ini selain berdampak pada individu, namun juga sangat
memungkinkan berdampak kepada orang lain. Moral yang baik atau buruk,
tergantung pada nurani dan budi pekerti yang dimiliki oleh masing-masing individu. Karena setiap orang memiliki pemahaman dan penerapan budi pekerti
yang berbeda-beda, maka moral setiap orang juga berbeda-beda. Penilaian
tentang baik atau buruknya moral seseorang ini akan berdampak langsung
kepada sebuah kelompok / organisasi, dan masyarakat. Contohnya adalah
ketika seseorang dikatakan tidak bermoral, dia akan melakukan hal-hal
buruk yang dapat merugikan masyarakat misalnya melakukan pelecehan,
pembunuhan, pencurian, tidak menghormati orang yang lebih tua, dan lain
sebagainya. Kembali lagi yang akan menilai suatu tindakan itu bermoral
atau tidak adalah orang lain atau masyarakat. Sehingga moral adalah
suatu tindakan dan interaksi yang dilakukan seseorang dimana tindakan
tersebut akan dinilai apakah dapat diterima atau tidak dengan norma dan
budaya yang berlaku di masyarakat.
Walaupun sangat mirip, moral ini berbeda dengan etika. Pengertian etika
adalah suatu kebiasaan yang diterima pada sebuah keadaan, suatu
kelompok, organisasi, atau masyarakat tertentu. Etika juga menilai baik
buruknya sebuah akal pikiran seseorang yang kemudian berbuah pada suatu
tindakan. Sumber penilaian ini adalah berdasarkan norma yang berlaku di
masyarakat. Etika merupakan sebuah dasar dari terbentuknya moral di
suatu komunitas atau masyarakat.
Beberapa contoh etika dalam masyarakat
misalnya adalah etika dalam bertamu, etika mengantri, dan etika ketika
makan. Dalam bertamu atau melakukan kunjungan kerumah orang lain,
tetangga misalnya, tentu terdapat sebuah etika bertamu yang harus
dilakukan. Misalnya tidak bertamu pada larut malam, dan tidak bertamu
terlalu lama sehingga mengganggu atau membuat tidak nyaman pemilik
rumah. Etika dalam hal antri adalah tidak menyerobot antrian melainkan
antri sesuai urutan dengan tertib. Untuk etika makan misalnya adalah
tidak berbicara ketika makan, tidak mengangkat kaki, tidak makan sambil
berdiri, menutup sendok dan garpu di piring ketika selesai makan, dan
lain sebagainya. Etika-etika tersebut tidak berlaku secara universal di
seluruh tempat dan wilayah. Etika di masing-masing tempat akan berbeda
tergantung dengan norma yang berlaku dan budi pekerti luhur yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Hubungan budi pekerti, moral, dan etika
adalah sebuah tindakan yang mendasari perilaku seseorang, dimana
perilaku tersebut akan mendapatkan penilaian baik dan buruk dari
masyarakat. Budi pekerti adalah sebuah nilai luhur yang dimiliki
seseorang karena kebiasaan yang diterapkan sejak dahulu dan mengakar
menjadi sesuatu yang dilakukan sehari-hari. Seseorang yang memiliki budi pekerti, akan memiliki moral yang kemudian dapat diwujudkan menjadi sebuah etika yang baik.
Budi pekerti memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah sebagai landasan berperilaku di masyarakat. Budi pekerti
memang harus diajarkan sejak dini kepada anak. Hal ini dilakukan karena
dapat mendorong kebiasaan berperilaku anak tersebut supaya memiliki
moral dan etika yang baik. Budi pekerti anak dapat diajarkan melalui keteladanan, pola hidup sederhana,
kegiatan spontan seperti sebuah tindakan sebab-akibat yang dilakukan
pada saat itu juga misalnya peringatan tentang kesalahan yang dilakukan
berupa teguran, sanksi atau sikap saling memaafkan. Selain itu budi pekerti dapat diajarkan melalui kegiatan yang dilakukan secara rutin. Pendidikan budi pekerti ini memiliki fungsi sebagai berikut :
- Media pengembangan, yaitu sebagai tahap tingkatan agar dapat berperilaku yang lebih baik di keluarga maupun masyarakat.
- Penyaluran, yaitu sebagai sarana memanfaatkan keahlian tertentu agar semakin tersalurkan dengan optimal serta dapat bermanfaat untuk orang lain.
- Perbaikan, yaitu sebagai tahap evaluasi tindakan. Supaya jika tanpa sengaja terjadi kesalahan, maka dengan mudah dapat memperbaiki kesalahan tersebut.
- Pencegahan, yaitu tahapan yang berfungsi untuk mencegah segala tindakan dan perilaku yang dinilai buruk atau kurang baik di masyarakat.
- Pembersih, yaitu rasa tanggung jawab secara psikologis. Seperti menjauhi perasaan sombong, pendendam, pemarah, iri hati, dan lebih memiliki rasa tenggang rasa, menghormati, sopan santun, dan lain sebagainya.
- Filter, yaitu sebagai media penyaring kebudayaan yang sesuai dengan budi pekerti dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Contoh Budi Pekerti
Budi pekerti
memiliki beberapa contoh konkret yang dapat ditunjukkan melalui
tindakan yang dilakukan sehari-hari oleh seorang individu di masyarakat.
Beberapa contoh budi pekerti yang biasanya terjadi di masyarakat antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Bicara dengan Sopan
Seseorang yang memiliki budi pekerti
pasti menerapkan sikap dan perilaku sopan baik kepada anak muda dan
terlebih lagi kepada orang lain yang lebih tua. Misalnya pada saat
berbicara seseorang tersebut akan berbicara dengan sopan santun dan
tutur kata yang santun dan lembut. Gaya bicara dan penuturan yang
diucapkan juga menggunakan intonasi yang tidak tinggi serta tidak
melibatkan emosi yang berlebihan. Contoh untuk sikap ini sangat banyak
dan beragam, misalnya seorang murid terhadap guru, seorang rekan kerja
dengan rekan kerja yang lain, seorang anak kepada ibu, dan lain
sebagainya.
2. Sikap Rendah Hati
Sikap yang rendah hati
diwujudkan dalam tindakan maupun perilaku yang tercermin melalui
perbuatan nyata antara individu dengan orang lain baik suatu kelompok
maupun masyarakat. Sikap rendah hati ini juga terkait dengan sikap sopan dan tidak menyombongkan diri. Salah satu contoh sikap rendah diri
adalah ketika seorang murid menjadi juara sekolah dan tidak
menyombongkan kepintarannya dalam hal tersebut, maka seseorang tersebut
dapat dikatakan memiliki budi pekerti yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar